BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik
Peserta didik di SD/MI, khususnya kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia
dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ,
dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan ( Holistik serta mampu memahami hubungan
anatara konsep secara sederhana, Proses pembelajaran masih bergantung kepada
objek –objek kongkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Dunia anak adalah dunia nyata. Untuk itu pembelajaran yang dilakukan di
kelas awal harus selalu aktual, dekat dengan dunia anak, dekat dengan
lingkungan alamiah yang dialami anak dan dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap
berpikir nyata. Statemen di atas menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan akan lebih berhasil kalau
dimulai dari kehidupan aktual anak. Dalam kehidupan anak sehari-hari tidak
pernah melihat adanya hal yang terpisah-pisah satu sama lain.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara
terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa
Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni
mata pelajaran yaitu hanya mempelajari satndar kompetensi dan kompetensi dasar
yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan
anak yang masih melihat segala sesutu sebagai suatu keutuhan (Holistik),
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi
peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran
yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah ( I- III) anatara lain
adalah tingginya angka mengulang dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan
angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka
mengulang kelas satu sebesar 11,6 % sementara pada kelas 7,51%, kelas tiga
6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun
yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%,
kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.
Angka
nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing
propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu
terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik
kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun
1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun
yang masuk Taman kanak-kanak, dan kurang dari 5% peserta didik berada pada
pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan
tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal
sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu hasil penelitian
menunjukkkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-kanak memilki
kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak
mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak. Selain itu perbedaan pendekatan, model,
dan prinsip-prinsip pembelajaran anatara kelas satu dan dua sekolah dasar
dengan pendidikan prasekolah dapat juga menyebabkan peserta didik telah
mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan
putus sekolah.
Atas
dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar isi yang termuat
dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah
dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan
gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh
konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas
satu hingga kelas Tiga.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan
silabus tematik pada kelas awal sekolah dasar sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
pembelajaran tematik
2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang
pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal
sekolah dasar.
3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun
perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4. Memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman
bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik
meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas 1- III Sekolah Dasar, yaitu :
Pendidikan agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,
Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, serta pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan.
BAB II
KERANGKA
BERPIKIR
A.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD
Pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan, telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya, dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat
mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola, koordinasi tangan dan mata
telah berkembang, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai
sahabat, mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan emosi: telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah
mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan
salah.
Perkembangan kecerdasan: ditunjukkan
dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat
terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
B.
Cara Belajar Anak
1. Anak usia
sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret.
2.
Anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang
dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara
reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara
operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab
akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar,
luas, dan berat.
Ciri Belajar Anak :
1.
Konkrit
Proses belajar
beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat,
didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik,
2.
Integratif
anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka
belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu.
3.
Hierarkis
Anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana
ke hal-hal yang lebih kompleks.
C.
Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar
merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran adalah proses
interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan
pendidik.
Kegiatan pembelajaran
bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman,
bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya
D.
Pengertian Pembelajaran tematik
Pembelajaan yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Keuntungan pembelajaran
tematik: Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, Siswa mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar
matapelajaran dalam tema yang sama; pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan; Kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas; Siswa lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; Guru dapat menghemat
waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkaan sekaligus. Siswa lebih bergairah belajar karena d berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain. Guru dapat menghemat waktu karena mata
pelajaran yangdisajikandapatdipersiapkaan sekaligus
Menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif sehingga
siswa memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Menekankan penerapan konsep belajar sambil melakukan. Ciri khas
pembelajaran tematik: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2)
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan
berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4)
Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Mengembangkan
keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain
E.
Landasan Pembelajaran Tematik
1. Landasan filosofis:
a). Progresivisme,
Proses pembelajaran perlu ditekankan pada kreatifitas,
pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa
b). Konstruktivisme,
Anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan obyek, fenomena, pengalaman
dan lingkungannya.
c). Humanisme
Melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensi, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis:
a). Psikologi perkembangan untuk
menentukan tingkat keluasan dan kedalamannya
isi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik
b). Psikologi belajar untuk
menentukan bagaimana isi/materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3. Landasan yuridis:
a.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
b.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
F.
Arti
Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori
pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi gestalt, termasuk Piaget yang
menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorentasi pada kebutuhan
dan perkembangan anak.
Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
( learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,
sehingga siswa akan memperoleh keutuhan
dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di
sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.
Beberapa
ciri khas pembelajaran tematik antara lain : 1) Pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembanngan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa ; 3) Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih
lama ; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa ; 5) Menyajikan
kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial
siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
Dengan
pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa
manfaat yaitu : 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator
serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi
dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan
yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau
alat, bukan tujuan akhir; 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan
mendapat pengertian mengenahi proses dan materi
yang tidak terpecah-pecah; 4) Dengan adanya pemaduan antar mata
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
G.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut :
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran berpusat pada siswa, hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemidahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini , siswa dihadapkan pada
sesuatu yang nyata. Sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begiti jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa
mapu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik b ersifat luwes, dimana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajran
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswaberada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan
H.
Rambu-Rambu
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar
lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan,
jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan
dibelajarkan secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema
tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara
tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan
karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.
BAB III
IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Dalam implementasi
pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang
mencakup :
A.
Implikasi
Bagi Guru
guru harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi
anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan
mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan
utuh.
B.
Implikasi
Bagi Siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil
ataupun klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran
yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan
penelitian sederhana, dan pemecahan masalah
C.
Implikasi
terhadap Sarana dan Prasarana, Sumber Belajar dan Media
Pelaksanaan Pembelajaran tematik:
•
Memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
•
Memanfaatkan berbagai sumber belajar
•
Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang
bervariasi
•
masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada
saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi
D.
Implikasi
terhadap Pengaturan Ruangan
Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema
yang sedang dilaksanakan.
Susunan bangku peserta
didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas
Dinding kelas dapat
dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai
sumber belajar. Alat, sarana dan sumber
belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk
menggunakan dan menyimpannya kembali.
E.
Implikasi
terhadap Pemilihan Metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tamatik, maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan
multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi,
bercakap-cakap.
BAB IV
TAHAP
PERSIAPAN PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang
meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus, dan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
A. Pemetaan Kompetensi dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Penjabaran standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar ke dalam Indikator
Melakukan kegiatan penjabaran SK dan KD dari
setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik; 2) Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran; 3) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan atau dapat diamati.
2. Menentukan
Tema
A). Cara Penentuan Tema
Cara
pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat
dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang
sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu
tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.
B).
Prinsip Penentuan Tema
·
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
·
Dari yang termudah menuju yang sulit
·
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
·
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
·
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya
proses berpikir pada diri siswa
·
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
3. Identifikasi dan analisa SK, KD dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis
untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok
untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator terbagi habis
B. Menetapkan Jaringan Tema
Hubungkan kompetensi dasar dan indikator
dengan tema pemersatu sehingga akan terlihat
kaitan antara tema, kompetensi
dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
C. Penyusunan Silabus
Komponen
silabus terdiri dari: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Pengalaman/Kegiatan belajar, Alat/Sumber, dan Penilaian.
D. Penyususnan Rencana Pembelajaran
Komponen RPP meliputi:
•
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang
akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang
dialokasikan)
•
Kompetensi dasar dan indikator yang akan
dilaksanakan.
•
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari
siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
•
Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator,
kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
•
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
•
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen
yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak
lanjut hasil penilaian).
RPP TEMATK
•
IDENTITAS
•
KOMPETENSI DASAR
Agama
& Akhlak Mulia
PKn &
Kepribadian
I PS
Bhs Indonesia
Matematika
Ilmu
Pengetahuan Alam
Seni
Budaya
Olah Raga
Jasmani dan Kesehatan
•
INDIKATOR
Agama
& Akhlak Mulia
PKn &
Kepribadian
I PS
Bhs Indonesia
Matematika
Ilmu
Pengetahuan Alam
Seni
Budaya
Olah Raga
Jasmani dan Kesehatan
•
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERT AWAL
KEGIATAN
INTI
KEGIATAN
AKHIR
•
SUMBER & MEDIA
•
PENILAIAN
BAB
V
TAHAP PELAKSANAAN
1.
Tahap Kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari
dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir/penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan
adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran ( 1 x 35 menit ),
kegiatan inti 3 jam pelajaran ( 3 x 35 menit ), dan kegiatan penutup satu jam
pelajaran ( 1 x 35 menit ).
a. Kegiatan Pendahuluan/Awal/Pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah
kegiatan untuk pemenasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap
pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, dan
hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai
strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok
kecil, ataupun perorangan
c. Kegiatan Penutup/Akhir/Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk
menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,
membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral,
2.
Pengaturan Jadwal Pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama
dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama,
penjas, mulok perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran. Contoh Jadwal yang
dapat dikembangkan adalah :
No
|
Waktu
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
1
|
07.00-07.35
|
MM
|
BI
|
MM
|
BI
|
OR
|
IPA
|
2
|
07.35-08.10
|
MM
|
BI
|
MM
|
BI
|
OR
|
IPA
|
3
|
08.10-08.45
|
MM
|
BI
|
MM
|
KTK
|
AGM
|
ML
|
|
08.45-08.55
|
Istirahat
|
|||||
4
|
08.55-09.30
|
BI
|
MM
|
IPS
|
KTK
|
AGM
|
ML
|
5
|
09.30-10.05
|
BI
|
MM
|
IPS
|
KTK
|
|
|
BAB VI
PENILAIAN
A.
Pengertian
Penilaian
dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui percapaian indikator yang telah
ditetapkan
2.
Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui
hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran
3.
Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa
4.
Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut
(remedial, pengayaan, dan pemantapan).
C. Prinsip
1.
Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan
penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa
kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di
kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
- Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
- Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
- Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir.
- Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka.
D. Dasar Penilaian
1. Undang-Undang
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
D. Teknik TES
Teknik tes terdiri dari tes dan non tes
1. TES
Berdasarkan alat pelaksanaannya, alat
penilaian dengan teknik tes meliputi :
a). Tes Tertulis
Adalah alat penilaian kelas yang
pertanyaan dan jawaban disampaiakan dalam bentuk tertulis
b). Tes Lisan
Adalah alat penilaian kelas yang
pertanyaan atas pernyataannya dan jawaban
atau tanggapannya disampaikan dalam
bentuk lisan
c). Tes Perbuatan
Adalah alat penilaian kelas yang menuntut
siswa menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja, seperti menyanyi,
menggambar, berolahraga, bercerita, berdeklamasi, dan menulis
2. NON TES
a. Tes Pengamatan
Adalah alat penilaian kelas yang
dilakukan oleh guru dengan cara mengamati perilaku siswa
Contoh :
a. Matematika : ketelitian, kecepatan kerja
b.
Bahasa Indonesia : Kerapihan tulisan,
Kesantunan berbahasa
c. PKn : Kedisiplinan, tanggung jawab,
toleransi dll Lembar tes perbuatan mis : Pidato
Aspek yang dinilai : penghayatan, pelafalan,
penampilan
b. Skala Sikap
Adalah
alat penilaian kelas yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang
sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, Mis : Skala lima, enama, tujuh dll
Contoh : Rumah sebaiknya dirawat
kebersihannya
Skala 1. sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Kurang
stuju 4. Setuju 5. Sangat setuju
c. Portofolio
Adalah alat
penilaian kelas yang berupa kumpulan dokumen dan hasil karya beserta catatan
perkembangan belajar siswa yang disusun secara sistematis. Portofolio disusun
per mata pelajaran.
d. Tugas
Adalah kegiatan yang
harus dilakukan siswa secara terstruktur di luar kelas, misalnya tugas membuat ringkasan
cerita, membuat puisi, menulis cerita, mengamati suatu obyek
Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan melalui Pemberian Tugas dan Portofolio. Guru menilai
anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu. Sedangkan tes
tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khusunya untuk
mengetahui tentang penggunaan tanda baca, kata atau angka.
Contoh Penilaian yang
Dapat dilakukan Guru :
- Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial
A. Tes Lisan
- Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang dialamai
- Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang
berkesan
- Mengekspresikan perasaan waktu memberi kesan
- Bahasa Indonesia
A. Perbuatan
Kelancaran membaca, melafalkan kata,
melagukan atau intonasi
B.
Tugas
Melengkapi kalimat
- Ilmu Pengetahuan Alam
Perbuatan : Mendemonstrasikan cara
menggosok gigi
Lisan
: menyebutkan cara memelihara gigi
E. Aspek Penilaian
•
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian
Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada
tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu
melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar,
Hasil Belajar dan Indikator mata
pelajaran.
•
Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata
pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan kesehatan.
E. Cara dan Alat Penilaian
- OBYEKTIF TES
- SUBYEKTIF TES
- PENILAIAN LISAN
- PENILAIAN UNJUK KERJA
- PENILAIAN PRODUK
- PENILAIAN PORTOFOLIO
- PENILAIAN TINGKAH LAKU
F. Alat Penilaian
1. Tertulis
Alat penilaian tertulis terdiri dari :
Benar salah, isian singkat, pilihan ganda, dan menjodohkan.
2. Lisan
Alat penilaian lisan terdiri dari : Tanya jawab, pelafalan, membaca
nyaring, mendengarkan, instruksi lisan, kuis, dan
percakapan.
3.
Unjuk kerja
Alat penilaian unjuk
kerja meliputi : permaianan, bermain
peran, drama, demonstrasi, olahraga, senam, permaianan musik, bernyanyi,
pantomim, menari, dinamika kelompok, berdoa, memelihara tanaman, memelihara
ternak, membaca puisi, deklamasi, berpidato, diskusi, wawancara, debat, dan
bercerita
4.
Produk
Alat penilaian produk
meliputi : patung, kerajinan tangan, model, pesawat sederhana, alat, ternak,
tanaman, simpul tali temali, janur, hiasan
5. Portofolio
Alat penilaian portofolio meliputi : puisi,
karangan, gambar/lukisan. Peta/denah. Desain, paper, laporan observasi, laporan
penyelidikan, laporan penelitian, laporan eksperimen
- Tingkah Laku
Alat penilaian tingkah laku meliputi : skala
sikap, catatan anekdot, penilaian diri, sosiogram, kuesioner, buku harian
G. Penutup
Pedoman ini merupakan acuan minimal, sehingga sekolah dan guru dpat
mengembangkan sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.
DAFTAR
PUSTAKA
Dinas Pendidikan, 2004, Silabus Kurikulum 2004. Sekolah Dasar.
Semarang: Dinas Pendidikan Kota
Semarang
Dinas Pendidikan, 2004. Panduan Pembelajaran Sekolah Dasar Kurikulum
2004 untuk guru SD Kelas I, Yogyakarta: Dinas Pendidikan Pemerintah
Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta
Depdikbud, 2003. Pedoman Pembelajaran tematis Untuk Guru
Kelas I dan II Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mata Pelajaran IPA.
Puspowati, Musrini,2004. Pembelajaran tematik, Semarang: Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Jawa tengah
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !